Raih Mimpi

Gapai cita-cita setinggi langit.

Internet

Internet Untuk Pendidikan.

Slide 3

Deskripsi masih kosong gaes, sabar ook.

Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa



Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Dengan pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik dapat menguasai pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Hal tersebut merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri. 
Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1.    Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2.    Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3.    Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4.    Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6.  Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia.

Sejarah Sastra Indonesia



Secara Umum, Sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Atau secara sederhana dapat dipahami, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau umat manusia. Istilah sejarah berasal dari bahasa Kata sejarah itu sendiri berasal dari bahasa Arab yakni syajaratun. Kata syajaratun berarti pohon kayu yang bercabang-cabang. Pohon yang bercabang-cabang diibaratkan sebagai suatu silsilah keturunan dari suatu individu, raja atau orang-orang penting pada masa lampau.
Sedangkan sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 2008 adalah “karya tulis yang bila dibandingkan dengan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri. Istilah sastra menurut asal usulnya, berasal dari bahasa Sansekerta yang mempunyai makna “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang bemakna “instruksi” atau “ajaran”.
Jadi, secara sederhana sejarah sastra adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam hal ini penulis akan membahas tentang Sejarah Sastra Indonesia. Yakni pertumbuhan dan perkembangan sastra di Indonesia. Kata Indonesia sendiri merujuk pada suatu bangsa atau negara kepulauan yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain.

Periodisasi Sastra Indonesia
Secara umum, periodisasi Sejarah Sastra Indonesia terbagi dalam beberapa angkatan seperti:
·         Angkatan Balai Pustaka
·         Angkatan Pujangga Baru
·         Angkatan ’45
·         Angkatan 50-an
·         Angkatan 60-an
·         Angkatan kontemporer (70-an--sekarang)

Secara detail, periodisasi periodisasi Sejarah Sastra Indonesia akan dibahas pada Bab selanjutnya. Awal Mula Lahirnya Sastra Indonesia Pada sebuah buku yang berjudul “Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern” tulisan Pamusuk Eneste dijelaskan, 3 versi tentang sejarah kesusastraan Indonesia itu lahir atau terbentuk.
-        Umar Yunus berpendapat, sastra ada sesudah bahasa ada. Misalkan, “sastra X ada sesudah bahasa X ada”. Karena bahasa Indonesia baru lahir saat adanya sumpah pemuda pada tahun 1928, maka Umar Yunus berpendapat bahwa kesusastraan Indonesia baru lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Sehingga menurutnya, karya sastra yang terbit sebelum tahun 1928 dianggap bukan  digolongkan sebagai hasil satra Indonesia. Melainkan sebagai hasil karya Sastra Melayu saja.
-        Sedangkan Ajip Rosidi, memiliki pendapat lain. Menurutny, bahasa tidak bisa dijadikan patokan sebagai kapan sastra itu lahir. Karena, sebelum bahasa diakui secara resmi tentulah bahasa itu sudah ada dan sudah digunakan oleh masyarakat pengguna bahasa. Ajip berpendapat, yang seharusnya dijadikan patokan adalah kesadaran kebangsaan. Berdasarkan kesadaran kebangsaan inilah Ajip menetapkan lahirnya kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921 atau tahun 1922. Karena pada waktu itu pemuda Indonesia seperti Muhammad Yamin, Sanusi Pane, dan lain-lainnya menegaskan, bahasa Indonesia itu berbeda dengan Sastra Melayu.
-        Versi ketiga adalah menurut pendapat dari A.Teeuw. Ia memiliki pendapat yang berbeda dari dua tokoh diatas. Akan tetapi, tahun lahirnya Sastra Indonesia hampir sama dengan Ajip yaitu tahun 1920. Menurutnya, pada waktu itu para pemuda Indonesia untuk pertama kali menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat tradisional setempat dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Selain itu, pada tahun yang sama para pemuda juga menulis puisi baru Indonesia. Lalu A. Teeuw menegaskan pendapat lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit novel Mirari Siregar yang berjudul Azab dan Sensara.

Periodisasi Sastra Indonesia Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi dalam Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13) membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut: Masa Kelahiran mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode, yaitu:
1.    Periode awal hingga 1933
2.    Periode 1933-1942
3.    Periode 1942-1945
Masa Perkembangan mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi  menjadi beberapa periode, yaitu :
1.    Periode 1945-1953
2.    Periode 1953-1961
3.    Periode 1961-1968
Menurut Ajip, warna yang menonjol pada periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat yang sedang menghadapai akulturasi sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi kelangsungan eksistensi masing-masing daerah. Sedangkan periode 1933-1942 diwarnai dengan pencarian tempat di tengah pertarungan antara kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantic-idealis. Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan warna pelarian, kegelisahan, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan sastra. Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10–15 tahun sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai berikut: Sastra Awal (1900 – an ) Sastra Balai Pustaka (1920 – 1942) Sastra Pujangga Baru (1930 – 1942) Sastra Angkatan 45 (1942 – 1955) Sastra Generasi Kisah (1955 – 1965) Sastra Generasi Horison (1966) Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia menurut Jakob Sumardjo didasarkan pada nama badan penerbitan yang menyiarkan karya para sastrawan. Seperti Penerbit Balai Pustaka, majalah Pujangga Baru, majalah Kisah, dan majalah Horison, kecuali angkatan 45 yang menggunakan tahun revolusi Indonesia. Ada juga penamaan angkatan 66 yang dicetuskan H.B. Jassin dengan merujuk pada gerakan politik yang penting di Indonesia sekitar tahun 1966. Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu (1)  menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan, dan (2) menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke angkatan. Di samping itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis. Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau periodenya. Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir.
Setelah meninjau periodisasi sejarah sastra Indonesia dari Jakob Sumardjo dan Ajip Rosidi, maka muncullah tawaran lain dari Rachmat Djoko Pradopo mengenai periodisasi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:
Periode Balai Pustaka         : 1920-1940   Periode Pujangga Baru        : 1930-1945
Periode Angkatan 45                    : 1940-1955 Periode Angkatan 50            : 1950-1970
Periode Angkatan 70                    : 1965-1984

Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut: Angkatan Balai Pustaka Angkatan Pujangga Baru Angkatan ’45 Angkatan 50-an Angkatan 60-an Angkatan kontemporer (70-an--sekarang). Berikut adalah penjelasan singkat tentang angkatan-angkatan yang terdapat dalam periodisasi Sejarah Kesusastraan Indonesia:
a)     Angkatan Balai Pustaka Nama penerbit Balai Pustaka sudah tidak asing bagi masyarakat terpelajar Indonesia. Karena sampai sekarang Balai Pustaka merupakan salah satu penerbit besar yang banyak memproduksi berbagai jenis buku.  Nama tersebut telah bertahan hampir 100 tahun, kalau dihitung dari berdirinya pada tahun 1917 yang merupakan pengukuhan komisi untuk Sekolah Bumiputra dan Bacaan Rakyat (commissie voor de inlandsche school en volkslectuur) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 14 september 1908. Penerbit Balai Pustaka merupakan bagian pemerintah kolonial yang semangatnya boleh dikatakan berseberangan dengan penerbit-penerbit swasta, baik yang semata-mata bervisi komersial maupun bervisi kebangsaan.  Akan tetapi, mengingat sejarahnya yang panjang itu maka sepantasnya menjadi bagian khusus dalam pengkajian atau telaah sejarah sastra Indonesia. Secara teoretis dapat dikatakan banyak masalah yang dapat diungkapkan dari Balai Pustaka selama ini. Antara lain visi dan misi, status, program kerja, para tokoh, kebijakan redaksi,  pengarang, distribusi, dan produksi.  Telaah semacam itu dapat dijadikan pengkajian sejarah mikro yang pasti relevan dengan sejarah makro sastra Indonesia.  Ditambah dengan pengkajian berbagai gejala yang berkembang di sekitarnya pastilah memperluas wawasan pengetahuan masyarakat. Mungkin saja kemudian berkembang pendapat bahwa balai pustaka ternyata bukan satu-satunya penerbit pada tahun 1920-an membuka tradisi sastra modern, atau justru dilupakan saja karena berjejak kolonial. Ciri-ciri umum roman angkatan Balai Pustaka: Bersifat kedaerahan, karena mengungkapkan persoalan yang hanya berlaku di daerah tertentu, seperti adat di Sumatra Barat. Bersifat romantic-sentimental, karena ternyata banyak roman yang mematikan tokoh-tokohnya atau mengalami penderitaan yang luar biasa. Bergaya bahasa seragam, karena dikemas oleh redaksi Balai Pustaka, sehingga gaya bahasanya tidak berkembang. Bertema sosial, karena belum terbuka kesempatan mempersoalkan masalah polotik, watak, agama, dan lain-lain.

b)     Angkatan Pujangga Baru Buku Pujangga Baru, Prosa dan Puisi yang disusun oleh H.B Jasin adalah sebuah bunga rampai (antologi) dari para pengarang dan penyair yang oleh penyusunnya digolongkan ke dalam Angkatan Pujangga Baru. Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis. Ketika sastra Indonesia dikuasai oleh angkatan Pujangga Baru, masa-masa tersebut lebih dikenal sebagai Masa Angkatan Pujangga Baru. Masa ini dimulai dengan terbitnya majalah Pujangga Baru pada Mei 1933. Majalah inilah yang merupakan terompet serta penyambung lidah para pujangga baru. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh tiga serangkai pujangga baru, yaitu Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana. Dalam manivestasi Pujangga Baru dinyatakan bahwa fungsi kesusastraan itu, selain melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya suatu bangsa, juga mendorong bangsa tersebut ke arah kemajuan. Sebenarnya para sastrawan Pujangga Baru serta beberapa orang sastrawan Pujangga Siti Nurbaya sangat dipengaruhi oleh para sastrawan Belanda angkatan 1880 (De Tachtigers). Hal ini tak mengherankan, karena pada jaman itu banyak pemuda Indonesia yang berpendidikan barat, bahkan mendalami bahasa serta kesusastraan Belanda. Lain halnya dengan Buya Hamka. Ia adalah pengarang prosa religius yang bernafaskan Islam. Ia lebih dipengaruhi oleh pujangga Mesir yang kenamaan, yaitu Al-Manfaluthi. Beda lagi dengan Sanusi Pane yang lebih banyak dipengaruhi oleh sastrawan dari India ketimbang oleh Barat. Sehingga ia dikenal sebagai seorang pengarang mistikus ke-Timuran. Karakteristik Karya Angkatan Pujangga Baru    1.      Dinamis. 2.      Bercorak romantik/idealistis, masih secorak dengan angkatan sebelumnya, hanya saja kalau  romantik  angkatan  Siti  Nurbaya  bersifat  fasip,  sedangkan  angkatan  Pujangga Baru aktif romantik. Hal ini berarti bahwa cita-cita atau ide baru dapat mengalahkan atau menggantikan apa yang sudah dianggap tidak berlaku lagi. 3.      Angkatan  Pujangga  Baru  menggunakan  bahasa  Melayu  modern  dan  sudah meninggalkan  bahasa  klise.  Mereka  berusaha  membuat  ungkapan  dan  gaya  bahasa sendiri.  Pilihan  kata,  Penggabungan  ungkapan  serta  irama  sangat  dipentingkan  oleh Pujangga Baru sehingga dianggap terlalu dicari-cari.

c)      Angkatan 45’ Jika  diruntut  berdasarkan  periodesasinya,  sastra  Indonesia  Angkatan  ‘45  bisa dikatakan  sebagai  angkatan  ketiga  dalam  lingkup  sastra  baru  Indonesia,    setelah  angkatan Balai  Pustaka  dan    angkatan  Pujangga  Baru.  Munculnya  karya-karya  sastra  Angkatan  ‘45 yang  dipelopori  oleh  Chairil  Anwar  ini  memberi  warna  baru  pada  khazanah  kesusastraan Indonesia.  Bahkan  ada  orang  yang  berpendapat  bahwa  sastra  Indonesia  baru  lahir  dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang terdahulu seperti Amir Hamzah, Sanusi Pane, St.Takdir Alisjahbana, dan lain-lainnya dianggap sebagai karya sastra Melayu. Pada  mulanya  angkatan  ini  disebut  dengan  berbagai  nama,  ada  yang  menyebut Angkatan  Sesudah  Perang,  Angkatan  Chairil  Anwar,  Angkatan  Kemerdekaan,  dan  lain-lain. Baru  pada  tahun  1948,  Rosihan  Anwar  menyebut  angkatan  ini  dengan  nama  Angkatan  ‘45. Nama ini segera menjadi populer dan dipergunakan oleh semua pihak sebagai nama resmi.  Meskipun namanya sudah ada, tetapi sendi-sendi dan landasan ideal angkatan ini belum  dirumuskan.  Baru  pada  tahun  1950  “Surat  Kepercayaan  Gelanggang”  dibuat  dan diumumkan. Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepecayaan itu ialah semacam pernyataan sikap  yang menjadi dasar pegangan perkumpulan “Selayang Seniman Merdeka”.  Masa Chairil Anwar masih hidup.  Angkatan ‘45 lebih realistik dibandingkan dengan Angkatan Pujangga Baru yang romantik idealistik. Semangat patriotik yang ada pada sebagian besar sastrawan Angkatan ‘45 tercermin  dari    sebagian  besar  karya-karya  yang  dihasilkan  oleh  parasastrawan  tersebut. Beberapa karya Angkatan ‘45 ini mencerminkan perjuangan menuntut kemerdekaan. Banyak pula di antaranya  yang selalu mendapatkan kecaman, di antaranya Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya  dengan  keprofesionalannya  masih  eksis  menghasilkan  karya-karya  terutama mengenai perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bahkan sampai saat ini karya-karya Pramoedya masih digandrungi khususnya oleh penikmat sastra. Sebegitu  banyak  orang  yang  memproklamasikan  kelahiran  dan  membela  hak hidup  Angkatan  ‘45,  sebanyak  itu  pulalah  yang  menentangnya.  Armijn  Pane berpendapat bahwa Angkatan ‘45 ini hanyalah lanjutan belaka dari apa yang sudah dirintis oleh angkatan sebelumnya,  yaitu  Angkatan  Pujangga  Baru.

d)     Angkatan ‘50 Slamet  Muljono  pernah  menyebut  bahwa  sastrawan  Angkatan  ‘50  hanyalah  pelanjut (successor) saja, dari angkatan sebelumnya (’45). Tinjauan  yang  mendalam  dan  menyeluruh  membuktikan  bahwa  masa  ini  pun memperlihatkan ciri-cirinya, yaitu: Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang diletakan pada tahun 1945. Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai nasional lebih lanjut). Periode  ‘50  tidak  hanya  pengekor  (epigon)  dari  angkatan  ‘45,  melainkan  merupakan survival, setelah melalui masa-masa kegonjangan. Adapun ciri-cirinya yang lebih rinci adalah sebagai berikut: Pusat  kegiatan  sastra  makin  banyak  jumlahnya  dan  makin  meluas  daerahnya  hampir di seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta. Terdapat  pengungkapan  yang  lebih  mendalam  terhadap  kebudayaan  daerah  dalam menuju perwujudan sastra nasional Indonesia. Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing, tetapi lebih  kepada  peleburan  (kristalisasi)  antara  ilmu  dan  pengetahuan  asing  dengan perasaan dan ukuran nasional.

e)     Angkatan 60-an Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison.  Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini.  Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, antara lain munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini.  Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin. Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang.  Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului zamannya.

f)      Angkatan 70-an Tahun 1960-an adalah tahun-tahun subur bagi kehidupan dunia perpuisian Indonesia. Tahun  1963  sampai  1965  yang  berjaya  adalah  para  penyair  anggota  Lekra  (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Karya  Sastra  sekitar  tahun  1966  lazim  disebut  angkatan  ‘66.  H.B.  Jassin  menyebut bahwa  pelopor  angkatan  ‘66  ini  adalah  penyair-penyair  demonstran,  seperti  Taufiq  Ismail, Goenawan Mohamad, Mansur Samin, Slamet Kirnanto, dan sebagainya. Tahun  1976  muncul  puisi-puisi  Sutardji  Calzoum  Bachri  yang  menjadi  cakrawala baru dalam dunia perpuisian Indonesia. Berikut ini disajikan beberapa penyair dan karyanya. Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke B.J. Habibie lalu  K.H.  Abdurahman  Wahid  (Gus  Dur)  dan  Megawati  Soekarno  Putri,  muncul  wacana tentang sastrawan reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra  puisi,  cerpen  maupun  novel,  yang  bertemakan  sosial-politik,  khususnya  seputar reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan reformasi  merefleksikan  keadaan  sosial  dan  politik  yang  terjadi  pada  akhir  1990-an,  seiring dengan  jatuhnya  Orde  Baru.  Peristiwa  reformasi  1998  banyak  melatar  belakangi  kelahiran karya-karya  sastra  seperti  puisi,  cerpen,  dan  novel.  Bahkan,  penyair  yang  semula  jauh  dari tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Acep Zamzam Noer dan Ahmadun Yosi Herfanda, juga ikut meramaikan suasana itu dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

Asal Dan Pengertian Sastra


Kata Sastra  berasal dari bahasa Sanskerta ‘Shastra’. Jadi kata sastra adalah serapan dari bahasa asing, bahasa yang berasal dari India. Arti asal kata sastra adalah ‘teks yang mengandung pedoman’ atau ‘instruksi’. Dalam bahasa Sanskerta, kata sastra adalah bentukan dari akar kata ‘sas’ yang memiliki arti ‘ajaran’ atau instruksi. 
 
Dalam bahasa Indonesia, arti kata sastra adalah merujuk pada sebuah hasil karya yang merujuk pada kata ‘kesusastraan’. Jadi, dalam bahasa Indonesia sastra adalah jenis tulisan yang memiliki makna dan bentuk keindahan tertentu.
Sastra berkaitan dengan hasil cipta manusia. Baik yang anonim (biasanya sastra lama) maupun yang diketahui pengarangnya atau penciptanya. 

Selain istilah sastra, dalam bahasa Indonesia ada kata sastrawi. Arti kata sastrawi memiliki perbedaan medan makna atau definisi dengan sastra. Jika sastra adalah sebuah teks semata, sementara sastrawi adalah teks sastra yang sangat kental nuansa sastra (keindahannya). Istilah untuk menyebut orang yang menghasilkan karya sastra adalah sastrawan. Sastrawan masih bisa dibagi lagi berdasarkan jenis karya sastra yang dihasilkan. Sastra dapat dapat digolongkan menjadi beberapan jenis. Pembagian jenis-jenis karya sastra adalah sebagai berikut ini:
1.    Prosa
2.    Puisi
3.    Drama
Penggolongan jenis karya sastra menjadi tiga ini didasarkan pada bentuk karya yang dihasilkan.

Prosa adalah karya sastra yang berupa paragraf yang berisi rangkaian cerita. Yang termasuk dalam prosa adalah cerpen dan novel. Cerpen adalah karya sastra yang berupa cerita yang hanya memiliki satu konflik, dan panjangnya tidak lebih dari 1000 kata. Novel adalah karya sastra yang berisi cerita yang panjang dan kompleks.

Puisi adalah karya sastra yang berisi bait dan baris yang singkat dan padat. Mengutamakan penggunaan kata (diksi) yang indah. Karya sastra puisi adalah karya sastra yang sulit dipahami karena baris yang singkat dan padat.

Drama adalah karya sastra yang berupa percakapan antar-tokoh yang terdapat di dalamnya. Meskipun ada yang menyebut bahwa drama adalah bagian dari prosa, tetapi tidak sedikit pula para ahli yang berpendapat bahwa drama adalah jenis sastra tersendiri. 

Selain dibagi berdasarkan jenisnya. Pembagian karya sastra dapat dibagi menjadi dua, berdasarkan media penyampaiannya. Berdasarkan cara dan media penyampian, pembagian jenis karya sastra adalah sebagai berikut:
·         Karya sastra lisan
·         Karya sastra tertulis

Sastra lisan adalah karya sastra yang penyampaian karya tersebut melalui lisan. Sebutan lain jenis ini adalah sastra oral. Yaitu yang disampaikan dari mulut ke mulut. Cara menikmati karya sastra adalah dengan mendengerkan.

Penyebutan sastrawan juga berbeda-beda, bisa dibedakan lagi. Para pencipta karya sastra adalah orang yang membuat hasil sastra. Adapun sebutan untuk pencipta karya sastra adalah sebagai berikut:
·         Sebutan untuk sastrawan yang menulis novel adalah novelis.
·         Sebutan untuk sastrawan yang menulis puisi adalah penyair.
·         Sebutan untuk sastrawan  yang menulis cerpen adalah cerpenis.
·         Sebutan untuk sastrawan yang menulis juga pelaku drama adalah dramawan. Adakalanya penyebutan dengan istilah lain yaitu aktor dan aktris drama.

Sementara ada pula yang membagi jenis karya sastra menjadi 6. Yang termasuk kategori sastra adalah:
·         Novel
·         Cerpen
·         Syair
·         Pantun
·         Drama/Sandiwara
·         Lukisan/Kaligrafi
Alasan lukisan atau kaligrasi disebut sebagai kategori sastra adalah karena lukisan atau kaligrafi juga berkaitan dengan keindahan. Inti sebuah karya sastra adalah ajaran atau pesan yang disampaikan dengan cara yang indah.

Adapun pengertian sastra menurut para ahli atau kritikus sastra adalah sebagai berikut:

Pengertian Sastra Menurut Mursal Esten (1978)
Sastra adalah pengungkapan fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat. Diungkapkan melalui bahasa sebagai media yang memiliki efek positif terhadap kemanusiaan.

Pengertian Sastra Menurut Semi (1988)
Sastra adalah sebuah bentuk dan hasil kerja seni kreatif dengan objek berupa manusia dankehidupannya, serta  mengunakan bahasa sebagai media  penyalurnya.

Pengertian Sastra Menurut Panuti Sudjiman (1996)
Sastra adalah karya lisan maupun tulisan yang memiliki banyak ciri dan keunggulan, seperti orsinilitas (keaslian karya), keartistikan (keindahan bentuk, bahasa, dan cara penyampaian), keindahan dalam isi atau makna, serta ungkapannya.

Pengertian Sastra mnurut Ahmad Badrun (1983)
Sastra adalah kegiatan seni yang menggunak bahasa dan garis atau simbol lain sebagai alat, serta bersifat imajinatif (hasil khayalan bukan fakta)

Pengertian Sastra menurut Eagleton (1988)
Sastra adalah karya tulis yang halus (atau: belle letters). Jadi, sastra adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa sehari-hari dalam berbagai cara, dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Intinya sastra itu tidak seperti bahasa sehari-hari bahkan kadang berlebihan.

Pengertian Sastra Menurut Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau penggambaran atau cerminan dari kenyataan (mimesis). Yang harus ada dalam karya sastra adalah peneladanan alam semesta, sekaligus merupakan model kenyataan. 

Pengertian Sastra Aristoteles
Sastra adalah bagian dari kegiatan manusia lainnya, dalam wujud melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

Pengertian Sastra menurut Sapardi Djoko Damono
Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Sementara bahasa adalah ciptaan sosial. Fungsi sastra adalah menampilkan gambaran kehidupan, sementara kehidupan adalah kenyataan sosial. Jadi, hubungan antara sastra dan kehidupan sosial sangat dekat.

Pengertian Sastra menurut Taum
Sastra adalah fiksi atau  karya cipta dan bersifat imajinatif.
Sastra adalah penggunaan bahasa yang indah serta berguna yang menandakan hal-hal lain.

Demikian penjelasan tentang arti sastra. Semoga menambah wawasan tentang arti dan pengertian sastra yang lebih mendalam dan luas.

SOAL UAS / PAT Bahasa Inggris Kelas 10 (X)

PENILAIAN AKHIR SEMESTER (PAS)
SMK INDONESIA
TAHUN 2019/2020

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas : X
Kompetensi Keahlian : Semua Kompetensi Keahlian
Jumlah Soal/Waktu : 45/90 menit
Bentuk Soal : Pilihan Ganda/Essay

Petunjuk Umum:
1. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
2. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban yang tersedia dengan menggunakan pensil.
3. Setiap butir soal mempunyai 5 (lima) pilihan jawaban.
4. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum Anda menjawab.
5. Hitamkan bulatan pada satu pilihan jawaban yang paling tepat pada Lembar Jawaban.
6. Laporkan kepada pengawas ujian apabila terdapat lembar soal yang kurang jelas.
7. Tidak diijinkan menggunakan kalkulator, HP, atau alat bantu hitung lainnya.
8. Bila diperlukan lembar soal dapat dicoret-coret.
9. Tidak ada pengurangan nilai pada jawaban yang salah.


A. MULTIPLE CHOICE
Read the text below for questions number 1-5!














1. Who is uncle Wardoyo? Uncle Wardoyo is ...
a. Dodik’s father d.   Anisah’s grandfather
b. Anisah’s uncle e.   My mother’s uncle
c. Dodik’s grandfather

2. Which paragraph talks about the physical description of Uncle Wardoyo?\
a. 1 d.   4
b. 2 e.   5
c. 3

3. How many children does uncle Wardoyo have?
a. One d.   Four
b. Two e.   Five
c. Three

4. “He is very fond of the sea.” The word underlined has the closest meaning with the word ...
a. Pain d.   Brother
b. Enmity e.   Like
c. Hatred

5. The writer’s uncle goes to seaside every ... in summer to sail it.
a. Day d.   Half year
b. Weekend e.   Year
c. Month 

The following text is for questions number 6-7.










6. What expression does the principal use to praise Yulia?
a. Keep on practicing d.   Congratulations
b. Be a professional swimmer e.   You are the best
c. Sympathy 

7. What is the purpose of the text?
a. To congratulate the principal on her success.
b. To ask people to support Yulia.
c. To congratulate Yulia on her success.
d. To inform people about the best swimmer.
e. To motivate Yulia to be a professional swimmer.

8. My father ... Bali for a year.
a. Have visited d.   Is visited
b. Has visited e.   Were visited 
c. Was visited

9. She ... English since 8 o’clock.
a. Is learning d.   Had learnt
b. Was learning e.   Has learnt
c. Have learnt

10. I ... to the cinema three times last week.
a. Was go d.   Going  
b. Went e.   Gone
c. Go 

11. Putri ... more than thirty song lyrics a month ago.
a. Was wrote d.   Wrote 
b. Has written e.   Writed
c. Writes

12. Prasetyo : “ ... “
      Guntoro  : “You’re right. I think using mouse trap is very great plan.”
a. It is my intention to set some mouse traps.
b. I intend to catch some mice.
c. My intention is to raise a cat.
d. I have a plan to keep some dogs.
e. I have every intention of killing the rats.

13. Evi    : “ ............ “
      Tasya  : “I think joining marching band is a good idea.”
a. I have every plan to join a band.
b. My intention is to join a band.
c. I intend to join the basketball club.
d. I have every intention to join the marching band club.
e. It is my intention to join some other activities.

14. Udin   : “ .......... “
       Prio    : “I think your intention to build a free amusement park is rather impossible.”
a. My intention is to open a green park near here.”
b. My intention is to open a reading park here.
c. My intention is to open a public library here.
d. My intention is to open an amusement park.
e. My intention is to open a free amusement park for everyone.

15. Mr. Surya : “ ... “
Mrs. Ambar : “Your purpose to preserve our local herbal plant is brilliant.”
a. It is my intention to plant more flowers.
b. It is my intention to preserve herbal medicine plant by planting it.
c. It is my intention to make herbal medicine plant garden.
d. It is my intention to pick up more herbal medicine plant.
e. It is my intention to have more plants on this place.

The following text is for questions number 16-20.








16. The text generally talks about ...
a. The disappearance of a dog.
b. A long journey of the rabbit.
c. A coming back of the lost dog.
d. A long journey of the dog.
e. A holiday experience in England.

17. How did Dogie get lost?
a. He felt bored and took a walk.
b. He saw a cat and ran after it.
c. He was hungry and searched for a food
d. He saw a rabbit and ran after it.
e. He followed motorbike riders away.

18. “They were having lunch when they heard a dog barked outside the house.” The meaning of the underlined word is ...
a. The main meal of  the day served in the evening or at midday.
b. A light evening meal; served in early evening.
c. A social gathering where a light evening meal is served.
d. The first meal of the day usually in the morning.
e. A midday meal

19. “That was the last time he saw Dogie,”
(Paragraph 1) The word “he” refers to ...
a. Rabbit d.  Father 
b. Yoko e.  Mother 
c. Dogie

20. “Suddenly, there was a rabbit running across the path ... “ (paragraph 1) the similar meaning of the underlined word is ...
a. Belately d.  abruptly
b. Hastily e.  Tardily 
c. Slowly 

Complete the following text for questions number 21-25.







21.    a.    are d.    were
         b.    is e.    am
         c.    was

22.    a.    excellention d.    excellently
        b.    excelling e.    excellent
        c.    excelsior

23.    a.    invited d.    invite
        b.    inviting e.    To invite
         c.    invitingly 

24.  a.    bought d.    buying
b.    buyer e.    To buy
c.    buy

25.   a.    are d.    is
b.    were e.   am
        c.    was

26.  They are studying Math right now. Change into present perfect tense!
a. They have studied Math.
b. They had studied Math.
c. They have studied Math right now.
d. They have been studying Math for a half hour.

27.  We buy books. Change into present perfect tense!
a. We have buyed books. d.    We have been buying books.
b. We had bought books. e.    We has bought books
c. We have bought books.

28.  In her whole time, Lintang Purnama ... any snows.
a. Didn’t see d.    has never seen
b. Isn’t seeing e.    had never seen
c. Doesn’t see

29. We haven’t seen any music shows these last few weeks because of our business. Only last night my roomate and I ... some free time. 
a.  Had d.  don’t have
b. Has e.   Are having 
c.  Doesn’t have

30. My mother ... me a bicycle yesterday.
a. bought d.    buys
b.  will buy e.    buyed
c.  would buy




The following text is for questions number 31-33.










Who can come to the meeting?
a. students d.    readers
b.  anyone e.    Volley ball team
c.  the announcer

32.    Which is the following statement is not true?
a. All students play basketball.
b. The meeting will be held on Sunday 12th at 9.00 am.
c. The agenda of the meeting is about technical matter.
d. The meeting will be held in the morning.
e. All volley ball team are invited.

33. The word “match” in the text has synonym with ...
a. Drill d.    Competition 
b. Exercise e.    Example
c. Practice 

The following text is for questions number 34-40.













What does the text tell you about?
a. Gondola d.    Venice
b. Italy e.    Traghetti
c. The classical venetian boat

35. What transport crosses the Grand Canal for foot passenger at certain points without bridges.
a. Waterbuses d.    Gondolas
b. Lagoon e.    Traghetti
c. Train 

36. from the text above, we can say that Venice belongs to a city of ...
a. Buses d.    Water
b. Funerals e.    Ceremonies 
c. Woods 

37. “Venice is world famous forits canals.” The word underlined has the same meaning with ...
a. Unidentified d.    Illustrious
b. Obscure e.    Strange
c. Nameless 

38. In what country is Venice located?
a. France d.    Spain
b. Italy e.    Swirzerland 
c. Holland

39. “Venice is world famous forits canals.”(paragraph 2) the opposite meaning of the underlined word is ...
a. Renowned d.    Reputable
b. Strange e.    Well-known
c. Noted

40.    “It is the classical Venetian boat which nowadays is mostly used for tourists, or weddings, funerals, or other ceremonies.” The underlined word refers to ...
a. Venice d.    Archipelago
b. Gondola e.    Bridge 
c. Boat


B. ESSAY 

1. Put the following verbs into the simple past tense!
a. Last year I (go) ... to England on holiday.
b. It (be) ... fantastic.
c. Where (spend/you) ... your last holiday?
d. In the morning we (walk) ... in the streets of London.
e. He (not/eat) ... chocolate last night.

2. Change into negative and interrogative form of simple past tense!
a. I saw some beautiful rainbows yesterday.
( - ) ...
( ? ) ...
b. She was at the book store last week.
( - ) ...
( ? ) ...

3. Change the verb in the bracket into the correct form of present perfect tense!
a. The kids ... (grow) so much!
b. She ... (not/visit) her parents to see their condition.
c. I ... (read) your books several times.
d. The cat ... (eat) fish. 

4. Translate these sentences into Indonesian!
a. My brother has not arrived in Yogyakarta, he is still on the plane.
...
b. I bought a pair of new shoes an hour ago.
...

5. Match these sentences in column A with appropriate description in column B!
No. A B
1. Attention a.   The business of providing services to tourists.
2. Dive b. A steep descent of the water of a river.
3. Monument c. A general interest that leads people to want to know more.
4. Tourism d. A structure erected to commemorate persons oe events.
5. Waterfall e. A swim under water using breathing equipment.